nrsthepooh.blogspot.com


nrsthepooh.blogspot.com

Senin, 24 September 2012

Sebuah Janji


Pagi itu hujan deras mengguyur Kota Jakarta. Putri yang duduk sendiri di halte bus sedang menunggu Dion, sahabat sejatinya sejak kecil. Saat hujan seperti ini, ia teringat kenangan kecilnya dulu bersama Dion. Saat itu ia dan Dion sedang bermain di taman. Tiba-tiba hujan datang, ia dan Dion segera masuk ke dalam sebuah gasabo yang ada di taman itu. Terjadi percakapan kecil diantara mereka. “Dion… aku sedih deh. Kalau hujan seperti ini aku jadi teringat sama mama. Waktu mama meninggal karena kecelakaan, juga hujan seperti ini. “ucap gadis kecil itu. “Kamu jangan sedih, Putri. Aku kan ada disini. Aku janji akan nemenin kamu untuk selamanya.”ucap bocah lugu itu kepada sahabatnya. “Benar, kamu akan nemenin aku buat selamanya? Selamanya sampai kita dewasa?”tanya gadis itu lagi. “Iya. Bahkan kalau perlu kalau kita dewasa kita nikah saja. Kamu kalau dewasa mau kan nikah sama aku?”sahut bocah itu dan Putri hanya mengangguk menandakan jawaban setuju. “Tapi jika kamu ingkar janji gimana Dion?” ucap gadis itu kemudian.”Hmm… tenang saja. Aku janji akan mengantarkan kamu ke orang yang bisa menemanimu untuk selamanya.” jawab Dion singkat. Jika teringat hal itu, Putri merasa malu sendiri. Tak lama kemudian Dion datang. Akhirnya mereka berdua menaiki bus jurusan Blok M.
                    Hari itu adalah hari minggu, seperti biasa Dion mengajak Putri pergi ke mall. Tapi kali ini berbeda. Sudah dua jam Putri menunggu Dion di rumahnya, tapi ia tak kunjung datang juga. Krring…krring.. bunyi telepon rumah Putri berbunyi. Segera ia angkat telepon itu, siapa tau saja dari Dion. Benar saja itu Dion. “Put, sekarang kamu datang ke rumahku. Ku tunggu.. tut..tut..tut..” telepon itu terputus. “Ha.. ha..hallo, Dion..Dion..ha.hallo?”sahut Putri. “Kok putus sih..?” gerutu gadis itu.
                   Dalam sekejap ia berada di depan rumah Dion. “Dioooonn…!!!” teriak gadis itu menerobos masuk ke dalam rumahnya. Terlihat di dalam rumah Dion suasana yang sangat ramai. Banyak para tamu yang mengenakan jas dan gaun yang cantik. Putri mencari sosok Dion. Ternyata Dion berada di tengah-tengah para tamu undangan bersama seorang gadis yang sangat cantik. “Baiklah karena seluruh para tamu undangan semua sudah hadir, mari kita mulai acara pertunangan ini. Silahkan Dion Aditya putra dari Bapak Brama Aditya menyematkan cincin pertunangan ke jari manis Sherly Fitri putri dari Bapak Andre Wijaya.” ucap Mc itu. Mendengar itu semua Putri hanya terpaku. “Ya sudah, sekarang giliran Sherly menyematkan cincin pertunangan ke jari Dion.” lanjut Mc itu lagi. Tubuh Putri mati rasa tidak bisa bergerak sama sekali. Tiba-tiba air matanya keluar begitu saja tanpa diperintah. Dion melihat Putri, sorot matanya tajam dengan tatapan dingin seolah tidak perduli kehadirannya di acara itu. Putri menyanggupkan langkahnya, ia maju untuk bersalaman dengan Dion, “Selamat..” satu kata terucap dari mulut mungilnya dan kemudian pergi tanpa suara.
                   
                  Keesokan harinya Putri mendengar bahwa Dion pindah rumah ke Bandung. Begitu sakit hati Putri, meskipun Dion bukanlah pacar Putri tapi sudah sejak lama Putri memendam rasa suka itu pada Dion. Tiga tahun berselang semenjak kejadian pertunangan itu. Saat ini Putri berada di hotel berbintang lima di kawasan Jakarta Selatan. Ya kali ini Putri lah yang bertunangan dengan laki-laki pilihan orang tuanya itu. “Baiklah kita mulai acara pertunangan ini antara Farhan Pamungkas putra dari Bapak Aryo Pamungkas dengan Putri Permata putri dari Bapak Revan Pratama. Silahkan saudara Farhan menyematkan cincin pertunangan ke jari manis saudara Putri. Ya dan sekarang giliran saudari Putri yang menyematkan incin pertunangan ke jari manis saudara Farhan.” sahut Mc itu. Acara pertunangan  itu berlangsung sangat khidmat tanpa ada halang rintangan.
                   Tiba-tiba Putri menangkap suatu sosok yang tak asing lagi baginya. Dion. Ya sahabat sejatinya itu hadir di acara pertunangannya ini. Sungguh Putri tak percaya apa yang dilihatnya. “Selamat ya, Put. Kuharap kamu bahagia dengan pertunangan ini.” ucap Dion memberi selamat pada Putri. Putri hanya membisu mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Dion. Dion segera pergi meninggalkan tempat pertunangan itu. Putri pergi menuju kedua orang tuanya. Ia menyampaikan bahwa ia tiba-tiba tak enak badan, ia ingin segera pulang. Dengan diantar Farhan ia pulang ke rumahnya. Pesta pertunangan itu tetap berlanjut tanpa adanya kedua anak muda itu.
                   Putri menjatuhkan dirinya ke tempat tidur. Putri menangis, dalam hatinya ia masih mencintai Dion tetapi kini ia telah bertunangan dengan orang lain. “Dion kamu jahat, kenapa kamu melakukan semua ini sama aku? Kenapa? Padahal mungkin kamu sudah tahu bahwa aku mencintai kamu, tapi kenapa kamu hadir dan memberiku selamat seperti itu? Kamu mau membuatku menyesal atas keputusanku ini?” pikir Putri di benaknya.
Enam bulan berlangsung setelah itu dan di hari ini
Putri akan menikah dengan Farhan. Putri yang saat itu sedang berada di kamar pengantin melihat wajahnya di cermin. Wajahnya sangat cantik dengan riasan dengan adat Sunda. Tapi apakah keputusan yang ia ambil ini benar? Pertanyaan itu yang selalu terngiang di kepalanya. “Putri, apa kamu sudah siap? Kalau sudah ayo kita segera kita turun kebawah. Semuanya sudah menunggu kamu.” ucap Mila, kakak Putri. “Ya kak. Ayo kita turun ke bawah, Putri sudah siap” sahut Putri.
                  Putri sudah berada di lantai bawah. Sungguh cantik ia dengan kebaya itu, membuat semua mata tertuju padanya. Ketika saat dimulai Ijab Kabul, tiba-tiba handphone ayah Putri berbunyi. Ternyata yang menelpon itu adalah Brama Aditya, teman ayah Putri sekaligus ayah dari sahabat sejatinya. Beliau mengabarkan bahwa Dion telah meninggal dunia dikarenakan Kanker Otak stadium akhir. Mendengar itu semua Putri langsung jatuh pingsan tak sadarkan diri. Akhirnya pernikahan itu ditunda.
                   Beberapa hari setelah itu, Putri menjadi orang yang pendiam. Ia sering mengurung dirinya di kamar. Hingga suatu malam, ia terbangun dari tidurnya. Entah mengapa ia melangkahkan kakinya menuju cendela kamarnya. Ia menatap kebawah cendela itu. Ia terkejut, ia melihat apa yang seharusnya tidak terlihat lagi. Dion. Putri melihat Dion. Dari bawah Dion memanggil nama Putri. Putri bergegas menuju tempat Dion. Diluar  rumah udara sangat dingin tapi tak ia hiraukan selama ia masih bersama Dion. Dion mengajaknya berjalan-jalan menuju suatu tempat. “Dion kenapa kamu seperti ini? Kenapa kamu melakukan semua ini sama aku? Kamu sadrkan aku cinta sama kamu?” tanya Putri. Ia sadar bahwa Dion yang ada di sampingnya saat ini adalah semu. Mendengar pertanyaan itu Dion hanya tersenyum sambil terus melanjutkan perjalanannya. Putri hanya mengikuti kemana ia dibawa oleh Dion.
                   Mereka berdua sudah sampai di tempat tujuan. Di depan rumah Farhan. “Dion kenapa kamu bawa aku kesini?” tanya Putri. “Put, aku bertunangan dengan Shalom itu karena aku sayang banget sama kamu. Aku nggak mau kamu sedih dengan tahu harapan hidup aku tinggal sedikit lagi. Aku cinta sama kamu, Put. Dan dulu waktu kita masih kecil, aku berjanji kalaupun aku nggak bisa mendampingi kamu untuk selamanya, aku sendiri yang akan mengantarkan kamu ke orang yang bisa mencintai dan menyayangi kamu untuk selamanya. Dan orang itu Farhan.” ucap Dion. Mendengar itu semua Putri menangis. “Aku janji, aku akan menyayangi dan mencintai Raihan sama seperti aku menyayangi dan cinta sama kamu Dion.” janji Putri.
                  Setelah Putri mengucap janjinya, Dion tersenyum dan menghilang bersama dengan terbitnya mantari pagi. Putri, kamu sedang apa berada di depan rumahku sepagi ini?” tanya Farhan yang baru keluar dari rumahnya. Melihat Farhan, Putri segera berlari ke arahnya dan setelah sampai, ia memeluk Farhan dengan begitu eratnya. “Aku cinta dan sayang banget sama kamu, Farhan” ucap Putri dengan senyum mengembang. Farhan bingung mengapa Putri sepagi ini berada di depan rumahnya sambil bebicara seperti itu. Meskipun begitu hatinya berbunga-bunga dan ia tersenyum sambil membalas memeluk Putri.
                  Tiga bulan seusainya, Putri danFarhan menikah dan melangsungkan resepsi ditaman sebuah apartemen yang sangat indah. Apartemen itulah yang akan menjadi tempat mereka membina rumah tangga nantinya. Putri melihat langit biru nan cerah. Terlihat di langit itu membayang wajah Dion tersenyum puas yang telah menyatukan dua insane ini. “Semoga kamu bahagia di sana…Dion.” ucap Putri di dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar