Pagi itu
hujan deras mengguyur Kota Jakarta. Putri yang duduk sendiri di halte bus sedang
menunggu Dion, sahabat
sejatinya sejak kecil. Saat hujan seperti ini, ia teringat kenangan kecilnya
dulu bersama Dion. Saat itu
ia dan Dion sedang
bermain di taman. Tiba-tiba hujan datang, ia dan Dion segera
masuk ke dalam sebuah gasabo yang ada di taman itu. Terjadi percakapan kecil
diantara mereka. “Dion… aku sedih
deh. Kalau hujan seperti ini aku jadi teringat sama mama. Waktu mama meninggal
karena kecelakaan, juga hujan seperti ini. “ucap gadis kecil itu. “Kamu jangan
sedih, Putri. Aku kan ada disini. Aku janji akan nemenin kamu untuk
selamanya.”ucap bocah lugu itu kepada sahabatnya. “Benar, kamu akan nemenin aku
buat selamanya? Selamanya sampai kita dewasa?”tanya gadis itu lagi. “Iya.
Bahkan kalau perlu kalau kita dewasa kita nikah saja. Kamu kalau dewasa mau kan
nikah sama aku?”sahut bocah itu dan Putri hanya mengangguk menandakan jawaban
setuju. “Tapi jika kamu ingkar janji gimana Dion?” ucap gadis itu kemudian.”Hmm…
tenang saja. Aku janji akan mengantarkan kamu ke orang yang bisa menemanimu
untuk selamanya.” jawab Dion singkat.
Jika teringat hal itu, Putri merasa malu
sendiri. Tak lama kemudian Dion datang. Akhirnya mereka berdua menaiki bus jurusan
Blok M.
Hari itu
adalah hari minggu, seperti biasa Dion mengajak Putri pergi ke
mall. Tapi kali ini berbeda. Sudah dua jam Putri menunggu Dion di
rumahnya, tapi ia tak kunjung datang juga. Krring…krring.. bunyi telepon rumah Putri berbunyi.
Segera ia angkat telepon itu, siapa tau saja dari Dion. Benar
saja itu Dion. “Put, sekarang
kamu datang ke rumahku. Ku tunggu.. tut..tut..tut..” telepon itu terputus.
“Ha.. ha..hallo, Dion..Dion..ha.hallo?”sahut
Putri. “Kok putus
sih..?” gerutu gadis itu.
Dalam sekejap
ia berada di depan rumah Dion. “Dioooonn…!!!” teriak gadis itu menerobos masuk ke dalam rumahnya.
Terlihat di dalam rumah Dion suasana
yang sangat ramai. Banyak para tamu yang mengenakan jas dan gaun yang cantik. Putri mencari
sosok Dion. Ternyata
Dion berada di
tengah-tengah para tamu undangan bersama seorang gadis yang sangat cantik.
“Baiklah karena seluruh para tamu undangan semua sudah hadir, mari kita mulai
acara pertunangan ini. Silahkan Dion Aditya putra dari Bapak Brama Aditya
menyematkan
cincin pertunangan ke jari manis Sherly Fitri putri dari
Bapak Andre Wijaya.”
ucap Mc itu. Mendengar itu semua Putri hanya terpaku. “Ya sudah, sekarang
giliran Sherly menyematkan
cincin pertunangan ke jari Dion.” lanjut Mc itu lagi. Tubuh Putri mati rasa
tidak bisa bergerak sama sekali. Tiba-tiba air matanya keluar begitu saja tanpa
diperintah. Dion melihat Putri, sorot
matanya tajam dengan tatapan dingin seolah tidak perduli kehadirannya di acara
itu. Putri
menyanggupkan langkahnya, ia maju untuk bersalaman dengan Dion,
“Selamat..” satu kata terucap dari mulut mungilnya dan kemudian pergi tanpa
suara.
Keesokan
harinya Putri mendengar
bahwa Dion pindah
rumah ke Bandung. Begitu sakit hati Putri, meskipun Dion bukanlah
pacar Putri tapi sudah
sejak lama Putri memendam
rasa suka itu pada Dion. Tiga tahun
berselang semenjak kejadian pertunangan itu. Saat ini Putri berada di
hotel berbintang lima di kawasan Jakarta Selatan. Ya kali ini Putri lah yang
bertunangan dengan laki-laki pilihan orang tuanya itu. “Baiklah kita mulai
acara pertunangan ini antara Farhan Pamungkas putra dari Bapak Aryo Pamungkas dengan Putri
Permata putri dari
Bapak Revan Pratama. Silahkan
saudara Farhan menyematkan
cincin pertunangan ke jari manis saudara Putri. Ya dan sekarang giliran saudari Putri yang
menyematkan incin pertunangan ke jari manis saudara Farhan.” sahut
Mc itu. Acara pertunangan itu berlangsung sangat khidmat tanpa ada halang
rintangan.
Tiba-tiba Putri menangkap
suatu sosok yang tak asing lagi baginya. Dion. Ya sahabat sejatinya itu hadir di
acara pertunangannya ini. Sungguh Putri tak percaya apa yang dilihatnya.
“Selamat ya, Put. Kuharap
kamu bahagia dengan pertunangan ini.” ucap Dion memberi selamat pada Putri. Putri hanya
membisu mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Dion. Dion segera
pergi meninggalkan tempat pertunangan itu. Putri pergi menuju kedua orang tuanya. Ia
menyampaikan bahwa ia tiba-tiba tak enak badan, ia ingin segera pulang. Dengan
diantar Farhan ia pulang
ke rumahnya. Pesta pertunangan itu tetap berlanjut tanpa adanya kedua anak muda
itu.
Putri menjatuhkan
dirinya ke tempat tidur. Putri menangis,
dalam hatinya ia masih mencintai Dion tetapi kini ia telah bertunangan
dengan orang lain. “Dion kamu
jahat, kenapa kamu melakukan semua ini sama aku? Kenapa? Padahal mungkin kamu
sudah tahu bahwa aku mencintai kamu, tapi kenapa kamu hadir dan memberiku
selamat seperti itu? Kamu mau membuatku menyesal atas keputusanku ini?” pikir Putri di
benaknya.
Enam bulan berlangsung setelah itu dan di hari ini Putri akan menikah dengan Farhan. Putri yang saat itu sedang berada di kamar pengantin melihat wajahnya di cermin. Wajahnya sangat cantik dengan riasan dengan adat Sunda. Tapi apakah keputusan yang ia ambil ini benar? Pertanyaan itu yang selalu terngiang di kepalanya. “Putri, apa kamu sudah siap? Kalau sudah ayo kita segera kita turun kebawah. Semuanya sudah menunggu kamu.” ucap Mila, kakak Putri. “Ya kak. Ayo kita turun ke bawah, Putri sudah siap” sahut Putri.
Enam bulan berlangsung setelah itu dan di hari ini Putri akan menikah dengan Farhan. Putri yang saat itu sedang berada di kamar pengantin melihat wajahnya di cermin. Wajahnya sangat cantik dengan riasan dengan adat Sunda. Tapi apakah keputusan yang ia ambil ini benar? Pertanyaan itu yang selalu terngiang di kepalanya. “Putri, apa kamu sudah siap? Kalau sudah ayo kita segera kita turun kebawah. Semuanya sudah menunggu kamu.” ucap Mila, kakak Putri. “Ya kak. Ayo kita turun ke bawah, Putri sudah siap” sahut Putri.
Putri sudah
berada di lantai bawah. Sungguh cantik ia dengan kebaya itu, membuat semua mata
tertuju padanya. Ketika saat dimulai Ijab Kabul, tiba-tiba handphone ayah Putri berbunyi.
Ternyata yang menelpon itu adalah Brama Aditya, teman ayah
Putri sekaligus
ayah dari sahabat sejatinya. Beliau mengabarkan bahwa Dion telah
meninggal dunia dikarenakan Kanker Otak stadium akhir. Mendengar itu semua Putri langsung
jatuh pingsan tak sadarkan diri. Akhirnya pernikahan itu ditunda.
Beberapa
hari setelah itu, Putri menjadi
orang yang pendiam. Ia sering mengurung dirinya di kamar. Hingga suatu malam,
ia terbangun dari tidurnya. Entah mengapa ia melangkahkan kakinya menuju
cendela kamarnya. Ia menatap kebawah cendela itu. Ia terkejut, ia melihat apa
yang seharusnya tidak terlihat lagi. Dion. Putri melihat Dion. Dari
bawah Dion memanggil
nama Putri. Putri bergegas
menuju tempat Dion.
Diluar rumah udara sangat dingin tapi tak ia hiraukan selama ia masih
bersama Dion. Dion
mengajaknya berjalan-jalan menuju suatu tempat. “Dion kenapa
kamu seperti ini? Kenapa kamu melakukan semua ini sama aku? Kamu sadrkan aku
cinta sama kamu?” tanya Putri. Ia sadar
bahwa Dion yang ada
di sampingnya saat ini adalah semu. Mendengar pertanyaan itu Dion hanya
tersenyum sambil terus melanjutkan perjalanannya. Putri hanya
mengikuti kemana ia dibawa oleh Dion.
Mereka
berdua sudah sampai di tempat tujuan. Di depan rumah Farhan. “Dion kenapa
kamu bawa aku kesini?” tanya Putri. “Put, aku bertunangan dengan Shalom itu karena aku sayang
banget sama kamu. Aku nggak mau kamu sedih dengan tahu harapan hidup aku
tinggal sedikit lagi. Aku cinta sama kamu, Put. Dan dulu waktu kita masih
kecil, aku berjanji kalaupun aku nggak bisa mendampingi kamu untuk selamanya,
aku sendiri yang akan mengantarkan kamu ke orang yang bisa mencintai dan
menyayangi kamu untuk selamanya. Dan orang itu Farhan.” ucap Dion. Mendengar
itu semua Putri menangis.
“Aku janji, aku akan menyayangi dan mencintai Raihan sama seperti aku
menyayangi dan cinta sama kamu Dion.” janji Putri.
Setelah Putri mengucap janjinya, Dion tersenyum dan menghilang bersama dengan terbitnya mantari pagi. “Putri, kamu sedang apa berada di depan rumahku sepagi ini?” tanya Farhan yang baru keluar dari rumahnya. Melihat Farhan, Putri segera berlari ke arahnya dan setelah sampai, ia memeluk Farhan dengan begitu eratnya. “Aku cinta dan sayang banget sama kamu, Farhan” ucap Putri dengan senyum mengembang. Farhan bingung mengapa Putri sepagi ini berada di depan rumahnya sambil bebicara seperti itu. Meskipun begitu hatinya berbunga-bunga dan ia tersenyum sambil membalas memeluk Putri.
Setelah Putri mengucap janjinya, Dion tersenyum dan menghilang bersama dengan terbitnya mantari pagi. “Putri, kamu sedang apa berada di depan rumahku sepagi ini?” tanya Farhan yang baru keluar dari rumahnya. Melihat Farhan, Putri segera berlari ke arahnya dan setelah sampai, ia memeluk Farhan dengan begitu eratnya. “Aku cinta dan sayang banget sama kamu, Farhan” ucap Putri dengan senyum mengembang. Farhan bingung mengapa Putri sepagi ini berada di depan rumahnya sambil bebicara seperti itu. Meskipun begitu hatinya berbunga-bunga dan ia tersenyum sambil membalas memeluk Putri.
Tiga bulan
seusainya, Putri danFarhan menikah dan melangsungkan resepsi ditaman sebuah
apartemen yang sangat indah. Apartemen itulah yang akan menjadi tempat mereka
membina rumah tangga nantinya. Putri melihat langit biru nan cerah. Terlihat di
langit itu membayang wajah Dion tersenyum puas yang telah menyatukan dua insane
ini. “Semoga kamu bahagia di sana…Dion.” ucap Putri di dalam hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar